Background

#4 -- Benarkah menurut Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam Tahnik merupakan Imunisasi?

Benarkah menurut Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam Tahnik merupakan Imunisasi? Dan apakah yang dianjurkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tahnik adalah SARI KURMA seperti yang ditulis di buku ini?

Mari kita cermati haditsnya:

Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung Abdullah bin Az-Zubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam keadaan hamil menuju kota Madinah. Dalam perjalanan aku singgg

ah di Quba dan di sana aku melahirkan. Kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan anakku di pangkuan beliau. Beliau meminta KURMA LALU MENGUNYAHNYA dan meludahkannya ke mulut bayi itu, maka yang pertama kali masuk ke kerongkongannya adalah ludah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dengan kurma dan mendo’akan barakah baginya. Lalu Allah memberikan barakah kepadanya (bayi tersebut).” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (5469 Fathul Bari), Muslim (2146, 2148 Nawawi), Ahmad (6247) dan At-Tirmidzi (3826)]

==> Dari hadits di atas, tahnik dilakukan dengan mengunyahkan kurma, bukan dengan sari kurma

“Dari Aisyah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di datangkan kepada beliau beberapa bayi kemudian beliau mendo’akan keberkahan atas mereka dan mentahnik mereka. Lalu dibawa kepada beliau seorang bayi laki-laki, lalu bayi itu kencing dipangkuan beliau, kemudian beliau meminta air dan memercikkannya ke kencing bayi tersebut dan beliau tidak mencucinya”

Yang dimaksud dengan barakah ialah : “Tetapnya kebaikan dan banyaknya kebaikan”. (An-Nawawi di Syarah Muslim dan Syaikh Utsaimin di kitabnya Qaulul Mufid “Ala Kitabit Tauhid bab tabarruk).

==>Jika kita memang ingin merujuk sunnah Rosulullah maka ada baiknya kita perhatikan hadits di atas yang menitikberatkan tahnik untuk mendapatkan keberkahan dengan makna tafsir yang diberikan oleh Ulama, sebagai bentuk kehati-hatian hendaklah kita menafsirkan maksud keberkahan di atas dengan pemahaman para Ulama bukan pemahaman kita, yaitu Tetapnya kebaikan dan banyaknya kebaikan, bukan penafsiran sendiri sebagai imunisasi pengganti vaksinasi.

Jangan sampai kita menambahkan redaksi hadits seolah-olah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan tahnik sebagai imunisasi atau pengganti vaksin.
"Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka" (Hadits Mutawatir)

Categories: