#19 -- Antipoliomyelitis dalam ASI
Antivaks berargumen bahwa polio bisa dicegah cukup dengan ASI saja berdasarkan jurnal berikut : http://pediatrics.aappublications.org/content/29/1/105.full.pdf+html
Ada beberapa hal yang perlu diluruskan dari pernyataan antivaks berdasarkan jurnal ini. Cekidot readers!!
1. “Krn tubuh tanpa terpapar kuman saja SUDAH punya antipoliomyelitis”. Ini adalah pernyataan dari antivaks tersebut. Dalam pendahuluan jurnal tsb (gambar no. 1 kanan atas), disebutkan bahwa “sampel air susu ibu dan darah diperoleh dari 71 orang ibu yg tinggal di daerah Cincinnati pada tahun 1949 -1951 dimana antibodi anti-polio terbentuk dari INFEKSI ALAMI DAN BUKAN KARENA IMUNISASI.
Jadi jelas ya, sampel yang dilibatkan terinfeksi poliovirus secara alami. Jadi pernyataan antivaks bahwa tubuh tanpa terpapar kuman saja sudah punya antipoliomyelitis benar-benar tidak berdasar sama sekali.
2. “84% subyek penelitian dpt SEMBUH dg ASI” ini juga gagal paham, seolah-olah (mengesankan) bahwa subyek peneltian tsb adalah orang-orang yang sakit terkena infeksi polio, kemudian 84%-nya dapat sembuh dgn ASI. Padahal pada bagian Results/Hasil penelitian pd jurnal tsb (gambar no. 2 kanan tengah), yg dimaksud 84% adalah bhwa “dari 25 ibu yg diambil kolostrumnya (ASI hari ke-2 s.d. ke-6) dan memiliki antibodi anti-polio di dalam serum, 21 sampel ASI (84%) ketika dites pd TIKUS YG DIINFEKSI VIRUS POLIO dpt menetralisir virus tsb. Menetralisir di sini maksudnya “DAPAT MEMPROTEKSI 50% TIKUS YANG DIINFEKSI POLIO” (bisa dicek dalam bagian methods).
3. Antivaks tersebut lagi-lagi menyampaikan bahwa “sesuatu dalam ASI yg memiliki manfaat anti-polio tsb adalah antibodi”. Padahal peneliti sendiri HANYA MENDUGA BAHWA “SESUATU TERSEBUT ADALAH ANTIBODI”, dan belum berani memastikan. Lihat gambar no. 3, terjemahannya “Manfaat anti-polio dari kolostrum manusia dan sapi, demikian pula serum sapi, TIDAK DAPAT DIBEDAKAN dari sifat ANTIBODI, karena beberapa alasan: tahan terhadap pemanasan sampai suhu 60 derajat Celcius, rusak pd suhu 100 derajat Celcius, dst ... ”. Ini artinya, peneliti baru berhipotesis bahwa “sesuatu dalam ASI tersebut KEMUNGKINAN adalah ANTIBODI”. (Mungkin teknologi pd tahun 1962 belum bisa meng-isolasi antibodi dari sebuah sampel ASI). Mengapa tdk berani menyimpulkan? Karena konsentrasi “sesuatu tsb” dalam ASI tyata TIDAK BERKORELASI DGN KONSENTRASI ANTIBODI DI DALAM SERUM. (harusnya, kalau “sesuatu” tsb adalah antibodi, maka konsentrasinya akan sesuai dgn konsentrasi antibodi dalam serum). Harus dicek kembali di jurnal2 yg lain (mgkin penelitian2 setelahnya), apakah "sesuatu dalam ASI tsb" adalah antibodi. Tetapi, mengatakan kalau "sesuatu dlm ASI tsb adalah antibodi" HANYA BERDASARKAN JURNAL INI, TENTU SEBUAH KE-GAGALPAHAM-AN.
4. Dalam ilmu imunologi, istilah “Anti anti-bodi” adalah “antibodi yg terbentuk utk menetralisir antibodi yg lain”. Contoh, ketika antibodi manusia dimasukkan ke tikus, tikus akan membentuk antibodi melawan antibodi manusia (=mouse anti-human antibody), karena tikus melihat antibodi manusia tsb sebagai "benda asing yg harus dilawan". Jadi, anti antibodi BUKANLAH ANTIBODI MELAWAN VIRUS (!!!!!). Pernyataan antivaks berikut bahwa “Krn tubuh tanpa terpapar kuman saja SUDAH punya antipoliomyelitis dan ketika terpapar virus poilo maka si antibodi menjadi dobel shg disebut dg anti antibodi” adalah gagal paham yg sangat parah dari berbagai sisi.
Sekali lagi, berhati-hatilah dalam membuat dokumen yg kemudian disebar-sebarkan ke seluruh INDONESIA hanya berdasarkan GAGAL PAHAM YG SANGAT PARAH INI.
jurnal asli cekidot di sini : http://pediatrics.aappublications.org/content/29/1/105.full.pdf+html