#28 -- [Edisi Spesial untuk Antivaks: “Jangan Ada Lagi Dusta Di Antara Kita”]
Sebenernya ini postingan lama dokter HZ agan2, tapi karena butuh waktu untuk “melacak” sumber aslinya, baru bisa terbongkar sekarang kedustaan dokter kita yang satu ini.
Jadi ceritanya, si oknum dokter ini posting2 dengan meng-aplot dua gambar grafik yg menunjukkan bahwa wabah mumps (=gondong) dan chickenpox (=varicella atau cacar air) justru mayoritas terjadi pd anak2 yg divaksin gan, masing2 92 dan 86 persen. Nggak maen2 gan, di gambar itu disertakan juga “bukti shahihnya” dari “Center for Disease Control MMWR 55(20) May 26, tahun 2006, pp. 559-63” (utk grafik mumps) dan jurnal terkenal “Pediatrics vol. 113, no. 3, pp. 455-459, tahun 2004” (utk grafik chickenpox). Lihat yg dikasih kotak merah. Kayaknya gambar ini diambil dari file presentasi HZ yg berjudul "ASI sbg vaksin alami.pptx" yg ada di tabletnya (dari tampilan screen-nya bisa nebak 'kan gan, tablet apa?).
Admin nguplek2 kedua sumber yg disebutkan di atas, g ketemu grafiknya gan. Kan g mungkin dokter HZ “rajin” terus bikin grafik sendiri. Ealaaaahhhhhh,,, ternyata oh ternyata, sumber inspirasinya terindikasi bukan dari kedua referensi yg disebutkan di grafik, tapi di sini gan (bisa di-donlot langsung pdf-nya):
http://genesgreenbook.com/resources/Natural_Infectious_Disease_Declines_Immunization_Effectiveness.pdf
Itu kalau agan2 buka link-nya, ternyata si HZ ini terinspirasi dari “makalah” karya pentolan antivaks Kanada, pakde Raymond Obomsawin, PhD yg judulnya “Immunization Graphs: Natural Infectious Diseases Decline, Immunization Effectiveness and Immunization Dangers”. Kalau mau kenalan sama pakde Raymond ini, bisa dilihat di sini gan, ada fotonya juga:
http://www.prpeak.com/articles/2012/01/05/news/doc4f0397e64d4d2601828399.txt
Kalau agan2 udah donlot dan lihat makalah sejumlah 30 halaman itu, di halaman 17 agan2 akan nemu gambar yang mirip dgn yg diposting dokter kita ini! Bedanya hanya yg chickenpox (varicella), kalau di sini ditulis 86 dan 14 persen, di makalah pakde Raymond lebih gila lagi gan: 97 persen pd anak divaksin, 3% pada anak yg tidak divaksin. (Nanti dijelaskan darimana munculnya angka2 itu)
Kita bahas dulu makalah pakde Raymond ini gan. Makalah ini isinya menunjukkan kegagalan, ke-tidak-efektif-an dan bahaya2 vaksin dgn disertai “sumber2 rujukan berupa jurnal yg terpercaya”. Bagi orang awam yg gak biasa (dan nggak bisa) ngecek lgsg ke sumber aslinya kayak yg disebutkan pakde Raymond ini, bisa “ketipu” dan jadi antivaks gan. Lha gimana g ketipu, lha wong yg disebutkan aja sumber2 jurnal ilmiah sekelas Lancet, Pediatric, NEJM, de el el. Padahal grafik2 yg dibuat pakde Raymond ini hanya tipu2 alias dusta, mlintir2 isi jurnal untuk mendukung antivaks-nya, atau istilah kerennya “intellectual dishonesty”.
Untunglah, sebagian makalah si Raymond sudah dibongkar kedustaanya di link2 berikut ini gan.
http://scienceblogs.com/insolence/2010/03/29/the-intellectual-dishonesty-of-the-vacci/
http://www.pathguy.com/antiimmu.htm
Kalau agan2 baca 2 link di atas, beliau2 membongkar dan menunjukkan ke publik letak ketidakjujuran alias kedustaan pakde Raymond ini dgn mengecek langsung ke jurnal2 aslinya yg disebutkan pakde Raymond sbgai referensi grafik2 di makalahnya.
Nah, sekarang admin buktikan satu saja kedustaan pakde Raymond yg kemudian diikuti dokter HZ ini yg belum dibahas di dua link di atas. Pada grafik bawah yg bilang wabah chickenpox itu 86%-nya terjadi pd anak2 yg divaksin dgn menyebutkan sumber “Pediatrics vol. 113, no. 3, pp. 455-459, tahun 2004” (yg admin kasih kotak merah di kanan bawah), admin berhasil mendapat jurnal aslinya. Linknya -termasuk full text- ada di sini gan:
http://pediatrics.aappublications.org/content/113/3/455.abstract
Admin tampilkan gambar yg kiri bawah di kotak biru utk dapetin cerita sesungguhnya dari jurnal aslinya sebelum dipelintir sama pakde Raymond dan juga dokter HZ.
Jadi gan, jurnal ini sebenernya ingin melihat efetifitas vaksin varicella yg diberikan sebelum wabah, shga 8 anak di-keluarkan dari analisis karena divaksin saat wabah terjadi. Shg total 414 kasus yg “dicurigai” varicella, lalu dianalisis dan dilacak apakah memang benar varicella atau bukan. Peneliti ingin melihat kasus varicella pd anak2 yg “belum pernah terinfeksi varicella sebelumnya”, baik pd anak yg divaksin maupun yg tidak divaksin karena memang ingin melihat efektifitas vaksinasi varicella. Dari 414 kasus yg dicurigai itu, 218 (52%) anak belum pernah terkena varicella sebelum wabah terjadi shg dianalsis lebih lanjut. Dari 218 anak ini, 211 anak (97%) divaksin sebelum wabah, dan 7 anak (3%) tidak divaksin sebelum wabah. Dari sini, muncullah angka 97 dan 3 persen pada makalah Raymond. Jelas nipu kan gan? Karena 218 kasus itu baru "dicurigai varicella" dan belum bener2 terbukti varicella.
Nah, setelah dilakukan investigasi, yg “benar2 terkena” (= "cases") varicella "hanya" 21 anak, yg tersebar di 9 kelas (affected classrooms), dgn jumlah murid total 159 murid. Nah, dari 21 kasus itu, 18 anak (86%) divaksin, 3 anak (14%) tidak divaksin. Dari sini muncullah angka 86% dan 14% pd grafik dokter HZ (yg belum terlacak dia dapetnya darimana grafik ini). Ya jelas lagi2 ini penipuan gan, sama kayak temennya yg di Kanada itu. Karena kalau disajikan seperti itu datanya, jelas prosentase anak yg divaksin lebih besar, KARENA JUMLAH ABSOLUT ANAK YANG DIVAKSIN JAUHHHHH LEBIH BANYAK (211 vs. 7 anak).
Jalan berfikir ilmiah yg dilandasi kejujuran akan menampilkan data seperti ini (sbgmn yg ditampilkan di jurnal): jumlah total murid di 9 kelas itu ada 159 anak. Dari 159 anak itu, 152 anak divaksin, sedangkan 7 anak tidak divaksin. Dari 152 anak (100%) yg divaksin, 18 anak (12%) terkena varicella. Sedangkan dari 7 anak (100%) yg tidak divaksin, 3 anak (43%) terkena varicella. Sehingga angka kejadian varicella pd ANAK YANG DIVAKSIN sebesar 12%, sedangkan pd anak YANG TIDAK DIVAKSIN sebesar 43%. Lihat beda angka 12% vs. 43%. Dari sinilah disimpulkan bahwa efektifitas vaksin varicella sebesar 72%. Mudahnya, "Kalau ingin melihat efektifitas vaksin, lihatlah perbedaan angka kejadian penyakit tertentu (sesuai vaksinnya) pd kelompok anak yg divaksin dan angka kejadian pd kelompok anak yg tidak divaksin". Orang awam pun akan mudah memahami kok dgn logika sederhana seperti ini.
Lalu penelitinya meng-investigasi lebih lanjut dengan melihat catatan rekam medis dan juga wawancara ke orangtua si anak untuk melacak "kapan" mereka muncul gejala. Hasil investigasi disajikan di figure 2 yg tidak bisa ditampilkan di sini karena tidak muat :)
Ternyata, dari 21 kasus varicella saat wabah, 3 kasus pertama terjadi pada tanggal 30 Oktober 2001 dan mereka adalah 3 anak yg TIDAK DIVAKSIN itu tadi gan! Peneliti sudah berusaha mencari darimana sumber penularan varicella pd 3 anak yg tidak divaksin itu, tapi g ketemu (unidentified). Jadi jelas ya gan, wabah varicella PERTAMA terjadi pd 3 ANAK YANG TIDAK DIVAKSIN, kemudian MENYEBAR pada 18 anak lainnya YANG SEMUANYA DIVAKSIN.
Dari penjelasan ini, jelas ‘kan agan2 tentang kedustaan pakde Raymond yg kemudian diikuti oleh dokter Henny Zainal? (sebenernya admin berat juga sih ngetik kata “dokter” di depan nama HZ). Jadi bagaimana dokter Henny Zainal, masih mau terus-menerus menebar kedustaan dan menipu orang awam yg nggak bisa akses jurnal secara langsung? Dan kalaupun bisa akses, mereka kesulitan memahami karena keterbatasan bahasa Inggris dan sebab2 lainnya? Entah di mana dan kepada siapa Anda presentasikan data2 seperti ini SEBELUM Anda posting di fesbuk Anda?
Tidak takutkah dokter dengan ancaman Allah Ta’ala ini (yang artinya):
”Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta” (QS. An-Nahl : 105)
Dan juga hadits ini,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya kedustaan akan membawa kepada kefajiran (=tidak taat kepada Allah Ta’ala). Dan kefajiran itu akan membawa kepada neraka. Seorang hamba yang berdusta dan terus-menerus berdusta sehingga akan ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah kepadanya, dan juga kepada kita semuanya. Amin.